1. Pembuatan Tempe Kedelai
Tempe
kedelai adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang
(jamur). Jenis jamur yang digunakan biasanya jenis Rhizopus oligosporus,
karena memiliki aktivitas enzim proteolitik (pengurai protein) tinggi.
Dibandingkan tempe dari bahan lain, seperti dari kecipir, lamtoro, ampas
tahu, benguk, maka tempe kedelai lebih dikenal oleh masyarakat. Telah
diakui dunia bahwa tempe adalah makanan asli Indonesia yang kandungan
gizinya patut diperhitungkan. Cara pemanfaatan tempe antara lain
digoreng, disayur lodeh, oseng-oseng, kering tempe, tempe burger, rolade
tempe, dan sebagainya.
Tempe
digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, tetapi juga
karena kaya gizi. Dengan kadar protein 18,3 per 100 gram, merupakan
alternatif sumber protein nabati. Selain itu, tempe kedelai juga
mengandung beberapa asam amino yang diperlukan tubuh manusia. Untuk
mengetahui kandungan gizi tempe kedelai dibanding dengan bahan bakunya
(kedelai kuning dan kedelai hitam)
2. Pembuatan Tape Singkong
Yang
dimaksud tape adalah suatu hasil yang dibuat dari bahan-bahan sumber
pati, seperti ubi, singkong, dan beras ketan, dengan diberi ragi dalam
proses pembuatannya. Singkong adalah salah satu jenis umbi-umbian yang
cukup banyak dikenal masyarakat Indonesia. Umbi tanaman singkong selain
dapat dikonsumsi langsung juga dapat dibuat tapioka, gaplek, kerupuk,
tape, dan sebagainya. Tape singkong dapat diolah lebih lanjut menjadi
minuman alkohol, sirup glukosa, sari tape, asam cuka, dan sebagainya.
3. Hidroponik
Dalam
bidang pertanian, bioteknologi member andil dalam usaha pemenuhan
kebutuhan makanan. Beberapa hasil bioteknologi dalam bidang pertanian
antara lain kultur jaringan, hidroponik, pembuatan tumbuhan kebal hama,
dan tumbuhan yang mampu mengikat nitrogen sendiri. Pada bagian ini kita
akan mempelajari teknik tanam dengan sistem hidroponik, karena di antara
hasil bioteknologi bidang pertanian, teknik ini paling memungkinkan
untuk kita lakukan.
Hidroponik
(hydroponics) adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Di kalangan umum, istilah ini dikenal sebagai
“bercocok tanam tanpa tanah”. Termasuk juga bercocok tanam di dalam pot
atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan yang bersifat porus,
seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, spons, sabut kelapa, arang
kayu, dan sebagainya. Istilah hidroponik lahir tahun 1936, untuk
memberi hasil percobaan DR.WF.Gericke, seorang agronomis dari
Universitas California, USA. Hasil percobaannya berupa tomat setinggi 3
meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji
cobanya. Maka sejak itu hidroponik berarti hydros adalah air dan ponics
untuk menyebut pengerjaan atau bercocok tanam. Dalam perkembangannya
hidroponik tidak lagi sebatas di laboratorium saja, tetapi dengan teknik
yang sederhana dapat diterapkan siapa saja, termasuk ibu rumah tangga.
sumber: artikelbiologi.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !